Nasional – Presiden ke-8 Republik Indonesia, Prabowo Subianto, mengungkapkan bahwa Indonesia akan menjadi lumbung pangan dunia di bawah pemerintahannya. Dan selain swasembada pangan, pemerintahannya juga akan fokus pada swasembada energi.
“Saudara-saudara, saya telah mencanangkan bahwa Indonesia harus segera swasembada pangan dalam waktu yang sesingkat-singkatnya,” kata Prabowo saat berpidato di ruang sidang paripurna MPR, usai dilantik menjadi Presiden RI ke-8, Minggu, (20/10/24).
Prabowo mengatakan saat ini negara-negara di dunia tengah menghadapi krisis pangan. Untuk itu, tegasnya, Indonesia harus memperkuat ketahanan pangan dengan lepas dari ketergantungan impor dari luar negeri.
“Dalam keadaan genting dan krisis, tidak akan ada negara yang mengizinkan barang-barang mereka untuk kita beli. Karena itu tidak ada jalan lain bahwa dalam waktu sesingkat-singkatnya Indonesia harus mencapai ketahanan pangan,” kata Prabowo.
Prabowo melanjutkan, untuk mencapai swasembada pangan, dia akan dibantu oleh para pakar. Dia optimistis swasembada pangan akan terwujud paling lambat empat hingga lima tahun ke depan.
“Bahkan kita siap menjadi lumbung pangan dunia,” kata Prabowo.
Diketahui, saat ini Indonesia merupakan salah satu pengimpor pangan terbesar di dunia. Ini dapat dilihat pada indeks ketahanan pangan Indonesia yang masih rendah yakni berada di posisi 63 dari 113 negara pada 2023.
Pada tahun 2024, impor beras Indonesia tercatat paling tinggi sejak 1999. Pada rapat pengendalian inflasi dengan Kementerian Dalam Negeri pada Senin, 29 Juli, 2024, Perum Bulog menyatakan sudah mengimpor 2,5 juta ton beras sepanjang semester pertama 2024.
Adapun rencana impor beras periode Mei hingga Desember ditargetkan sebanyak 3,40 juta ton. Jumlah impor yang mencapai 6 juta ton itu akan melampaui rekor dalam 25 tahun terakhir. Yusuf mengatakan jumlah impor beras pernah menyentuh angka 4,75 juta ton pada 1999.
“Angka ini juga akan menjadikan Indonesia sebagai negara importir beras terbesar di dunia, mengalahkan Filipina yang rata-rata mengimpor beras sekitar 4 juta ton setiap tahunnya,” kata Direktur lembaga kajian Next Policy, Yusuf Wibisono.
Kemudian selain swasembada pangan, Prabowo ucapkan juga Indonesia akan mencapai swasembada energi.
“Kita juga harus swasembada energi. Dalam keadaan ketegangan, dalam keadaan kemungkinan terjadi perang di mana-mana, kita harus siap dengan kemungkinan yang paling jelek. Negara-negara lain harus memikirkan kepentingan mereka sendiri, kalau terjadi hal yang tidak diinginkan sulit kita mendapat sumber energi dari negara lain. Oleh karena itu, kita harus swasembada energi dan kita mampu untuk swasembada energi,” jelasnya.
Prabowo mengingatkan betapa kayanya sumber daya alam yang dimiliki oleh Indonesia. Dengan begitu, dibawah pemerintahannya, Indonesia akan berfokus pada pengelolaan energi kekayaan alam.
“Kita diberi karunia oleh Tuhan, tanaman-tanaman yang membuat kita bisa tidak tergantung dengan bangsa lain. Tanaman-tanaman seperti kelapa sawit bisa menghasilkan solar dan bensin, kita juga punya singkong tebu sagu jagung dan lain-lain, kita juga punya energi bawah tanah geothermal yang cukup, kita punya batu bara yang sangat banyak, kita punya energi dari air yang sangat besar. Pemerintah yang saya pimpin nanti akan fokus untuk mencapai swasembada energi,” terangnya.
“Kita juga harus mengelola air dengan baik, alhamdulillah kita punya sumber air yang cukup dan kita sudah punya teknologi menghasilkan air yang murah dan yang bisa memenuhi kebutuhan kita,” tuturnya.
Sebelumnya diketahui, Indonesia memang tengah menggarap bahan bakar alternatif yang memanfaatkan sumber terbarukan. Kelapa sawit bisa dijadikan bahan bakar biodiesel. Bahkan, Indonesia siap menerapkan program biodiesel 40 persen atau bahan bakar nabati dari kelapa sawit (B40).
Pada 2023, pemerintah sudah mulai menjalankan program pencampuran Bahan Bakar Nabati (BBN) jenis biodiesel berbasis minyak sawit ke dalam minyak Solar sebesar 35% (B35).
Kemudian, Indonesia juga sudah mulai mengembangkan bahan bakar bioetanol untuk kendaraan bensin. Saat ini, sudah ada bahan bakar dari Pertamina yang sudah memanfaatkan bioetanol 5 persen, yaitu Pertamax Green.
Bioetanol yang dihasilkan dari sumber daya biomassa seperti molases tebu, sorgum, jagung, ataupun singkong menawarkan potensi besar untuk mengurangi emisi karbon sesuai dengan rencana pemerintah untuk mengurangi emisi.
Laporan: iwan pose