TANGERANGRAYA.NET, Tangsel – Lokus kasus stunting Kota Tangerang Selatan pada tahun 2022 tercatat mempunyai 19 lokus yang tersebar diseluruh Kecamatan.
Demikian dikatakan Kepala Dinas Kesehatan Kota Tangsel Allin Hendalin, kepada Tangerangraya.net, ditulis Minggu, (12/6/2022).
Allin menyatakan bahwa angka stunting di wilayahnya kini berada pada 19,9 persen. Data tersebut diambil berdasarkan Survei Status Gizi Balita Indonesia (SSGBI).
Angka ini kata Allin, tentu telah mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Sebab, sebelumnya hanya sebesar 16 persen.
“Dari 22 ribu balita sampling dengan rumus ditemukan 19,9 persen. Itu yang dilansir 2020. 2021 harusnya sudah survei tapi karena covid jadi engggak ada. Harusnya biasanya di Mei tapi belum juga. Data itu dilansir di 2021. Saya pernah kasih tau Se-Banten paling rendah 16 koma tapi justru ini naik. Maksimalnya harus 20 persen,” ungkapnya.
Saat ditanya dari 7 Kecamatan wilayah untuk zona merah yang mengalami kenaikan berada di titik mana saja, Allin menyampaikan kalau yang dinamakan merah itu lokus stunting ya, lokus stunting itu adalah bahan yang menjadi intervensi kita (Dinas Kesehatan).
“Jadi di tahun lalu 2021 Kota Tangsel ada 10 lokus untuk tahun ini 2022 ada 19 lokus dan tersebar di seluruh Kecamatan,” paparnya.
Misalnya sambung Allin, di daerah Pamulang ada 4 lokus terdiri dari Kelurahan Pondok Benda lalu ada Kelurahan Benda Baru. Kemudian daerah Kelurahan Setu ada 1 lokus, beberapa Kelurahan tersebut pun menjadi lokus penanganan, bahkan intervensi dari semua Organisasi Perangkat Daerah (OPD) yang kita namakan Intervensi stunting.
“Intervensi stunting ini sendiri adalah cara mengintervensi stunting dengan kolaborasi di setiap stakeholder, jadi tidak hanya Dinas Kesehatan saja,” tandasnya.
Sebelumnya beberapa bulan lalu Pemerintah mengalokasikan anggaran untuk penurunan stunting sebesar Rp 25 triliun pada 2022.
Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK) Muhadjir Effendy menjelaskan, anggaran tersebut lebih rendah ketimbang tahun 2021 lalu yang sebesar Rp 35 triliun.
Penurunan anggaran tersebut karena dilakukan refocusing anggaran untuk penanganan Covid-19.
“Disampaikan anggaran 2022 lebih rendah secara nominal, tapi yang perlu dicatat, anggaran kemarin kena refocusing karena Covid-19. Jadi praktis mengalami penyusutan,” jelas Muhadjir dalam konferensi pers terkait tindak lanjut rapat terbatas (ratas) tentang konvergensi anggaran dalam percepatan penurunan stunting secara virtual, Kamis (20/1/2022).
Muhadjir pun menekankan, penurunan anggaran tidak berpengaruh terhadap target penurunan stunting secara tahunan. (STW/RED)