TANGERANGRAYA.NET – Lebaran tahun ini terasa begitu berbeda karena adanya pandemi Virus Corona (Covid-19). Untuk sebagian orang mungkin masih bisa merayakan lebaran dengan keluarga tercinta, walaupun harus dengan protokol kesehatan sesuai dengan yang di tetapkan oleh pemerintah.
Kisah pilu bukan hanya tentang warga yang tidak bisa mudik, atau warga yang tetap patuh membatasi aktifitasnya berusaha terhindar dari virus mematikan ini dan kisah mereka yang berjuang untuk bertahan hidup di tengah sulitnya ekonomi selama masa pandemi ini. Namun juga orang-orang yang menjadi garda terdepan dalam penanganan COVID-19, mulai dari tenaga kesehatan, relawan kemanusiaan hingga penggali kubur jenazah pasien COVID-19.
Salah satunya Amil Mursyid, Pria berumur 55 Tahun, bekerja sebagai petugas mengurus jenazah meninggal akibat Covid-19 untuk wilayah Tangerang Selatan. Dari mulai mensalatkan hingga menguburkan ke tempat peristirahatan terakhir di tempat pemakaman umum yang sudah disediakan sesuai dengan Protap dan SOP yang telah di tentukan oleh MUI Pusat.
Menjadi petugas pemulasaraan jenazah Covid-19 tidak seperti jenazah dengan penyakit lainnya. Petugas harus memakai perlengkapan APD untuk membawa dan memakamkan jenazah dengan protap Covid-19. Kemudian juga butuh keahlian khusus dalam menjalankan tugas pemulasaraan jenazah Covid-19 agar tidak tertular.
Amil mengaku awalnya cukup kesulitan saat mengurus jenazah pasien covid-19 sebab harus mengenakan APD. Selain panas di tubuh, APD juga membatasi gerak petugas saat memandikan dan mengubur jenazah.
“Karena kan tidak terbiasa, jadi ya awalnya tidak bisa nyaman. Padahal APD ini harus dipakai dari awal sampai selesai, tapi sekarang semua sudah mulai terbiasa” jelas Amil kepada Tangerangraya.net.
Menurutnya sejak pademi Covid-19 ini merebak, khususnya di wilayah Tangerang Selatan korban meninggal semakin meningkat tiap harinya. Pernah suatu kali dia menangani Jenazah yang meninggal dalam satu hari sampai 7 Jenazah dan tidak pulang selama 2 hari.
“Pernah saya tidak Pulang selama 2 Hari, waktu itu tingkat kematian sedang tinggi-tingginya di Tangerang Selatan. 7 Jenazah di dua rumah sakit berbeda” ungkapnya.
Amil juga mengakui ada kengerian dan rasa takut pada awal pertama kali menangani pemakaman pasien COVID-19. Namun rasa ngeri itu menghilang bersama peningkatan ritme kegiatan pemakaman.
“Perasaan ngeri ada, tapi namanya juga sudah wabah. Saya mau lari juga mau kemana, karena tugasnya memang gali kuburan,” kata Amil lalu tersenyum.
Dia mengajak kepada masyarakat agar membantu para penggali pemakaman dengan cara tetap berada di rumah seumpama tak ada keperluan mendesak, serta menjalankan anjuran lain dari pemerintah secara disiplin.
Seperti yang diketahui, setelah hampir tiga bulan berlalu, angka kasus penyebaran COVID-19 di Tangerang Selatan masih sangat tinggi.
Data saat ini tercatat sebanyak 2.678 kasus, dengan rincian 1.848 kasus orang dalam pemantauan (ODP), 628 kasus pasien dalam pengawasan (PDP), dan 216 orang dinyatakan positif.
Sedangkan, untuk angka kematian pasien kasus COVID-19 itu, kini telah tembus 102 orang.
Angka tersebut dilansir Tangerangraya.net dari hasil publikasi resmi Satuan Gugus Tugas COVID-19 Kota Tangsel di laman https://lawancovid19.tangerangselatankota.go.id/ pertanggal 25 Mei 2020 yang diakses pukul 22.00 WIB.